Harga Beras Indonesia Tinggi, Kenapa Upah Petani Tetap Rendah?

Mengutip dari pernyataan Bank Dunia, ternyata harga beras di Indonesia 20% lebih mahal dibandingkan harga beras di pasar global. Harga beras di Indonesia juga disebut-sebut konsisten paling tinggi di kawasan ASEAN pada beberapa tahun terakhir.

Namun dibalik itu, ada hal menyedihkan yang mana pendapatan rata-rata petani lokal justru dinilai tak sebanding dengan melonjaknya harga beras di pasaran. Hal ini menjadi masalah yang sering muncul dan menjadi perdebatan panjang.

Baca Juga :

Kesenjangan antara tingginya harga beras di pasaran dengan pendapatan petani yang rendah memang terbilang ironis. Lantas, apa saja penyebabnya? Mengapa bisa terjadi? Berikut beberapa faktor utama yang menyebabkan hal tersebut.

1. Distribusi keuntungan tidak merata

Dalam rantai pasokan pertanian, keuntungan cenderung terakumulasi di tingkat distribusi, penggilingan, dan pedagang, bukan di tingkat petani.

Petani sering menjual gabah dengan harga rendah kepada pengepul atau tengkulak yang memiliki kontrol lebih besar terhadap pasar dan harga akhir.

Setelah gabah diproses menjadi beras dan dijual kepada konsumen, nilai tambah terjadi di tahap pengolahan dan distribusi, yang tidak dinikmati oleh petani. Sehingga, meski harga beras tinggi di pasar, margin keuntungan yang didapat petani tetap kecil.

2. Biaya produksi yang tinggi

Biaya produksi untuk petani cukup tinggi, seperti biaya pupuk, pestisida, bibit, dan tenaga kerja. Selain itu, banyak petani kecil yang masih menggunakan metode pertanian tradisional yang kurang efisien di masa sekarang.

Kombinasi dari biaya produksi yang tinggi dan hasil panen yang tidak maksimal menyebabkan keuntungan bersih yang rendah. Kenaikan harga input pertanian seperti pupuk dan bahan bakar sering kali tidak diimbangi dengan kenaikan harga beli gabah dari petani.

3. Ketergantungan pada tengkulak

Tengkulak adalah pedagang perantara yang membeli hasil panen atau hasil bumi dari petani atau pemilik pertama. Banyak petani di Indonesia tidak memiliki akses langsung ke pasar atau kemampuan untuk menjual beras mereka langsung ke konsumen.

Mereka tergantung pada tengkulak atau pengepul yang menawarkan harga lebih rendah karena petani membutuhkan uang segera setelah panen untuk menutupi biaya produksi atau kebutuhan sehari-hari.

Ketergantungan ini melemahkan posisi tawar petani, sehingga mereka tidak dapat memaksimalkan keuntungan dari hasil pertaniannya.

Jika Anda membutuhkan karung plastik untuk pengemasan beras pasca panen, beli saja di toko kami. Harga termurah, ukuran lengkap! Cek harganya sekarang disini.

4. Produktivitas yang rendah

Produktivitas lahan di Indonesia sering kali lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga karena penggunaan teknologi pertanian yang belum optimal, manajemen air yang kurang efisien, serta keterbatasan modal untuk memperbarui alat dan teknik pertanian.

Dengan produktivitas yang rendah, jumlah hasil panen tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga meskipun harga beras tinggi, jumlah yang bisa dijual oleh petani menjadi terbatas.

5. Kebijakan impor beras

Kebijakan impor beras kadang juga mempengaruhi pendapatan petani lokal. Jika beras impor masuk dalam jumlah besar, harga beras di pasar bisa turun, tetapi hal ini tidak selalu diimbangi dengan turunnya harga input produksi yang harus dibayar petani.

Akibatnya, petani lokal tertekan dan pendapatan mereka tidak meningkat meskipun harga beras di pasar tetap tinggi. Masalah ini semestinya menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan, karena Indonesia sendiri memiliki ambisi untuk menjadi negara maju pada tahun 2045.

Referensi :

https://www.kompas.com/tren/read/2024/09/23/170000665/harga-beras-di-indonesia-mahal-tapi-pendapatan-petani-rendah-apa?page=all

Harga Beras Indonesia Tinggi, Kenapa Upah Petani Tetap Rendah? Harga Beras Indonesia Tinggi, Kenapa Upah Petani Tetap Rendah? Reviewed by Pak Tani on September 28, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.